Senin, 09 Januari 2017

Tugas Kelompok Sistem Informasi Psikologi

TUGAS 1

TUGAS
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
Attitudes Toward Computers, Science, and Technology: A Cross-Cultural Compasion Between Students in Rome and Los Angeles


DISUSUN OLEH :
Nama        : 1. Dian Istiqomah
                    2. Mega Setyorini Putri
NPM         : 1. 12513368
                    2. 15513391
Kelas         : 4PA11

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016

Attitudes Toward Computers, Science, and Technology: A Cross-Cultural Compasion Between Students in Rome and Los Angeles
A.    Rangkuman Jurnal
Kebudayaan yang umum itu membuat perbedaan yang lebih besar terhadap perilaku dibandingkan jenis kelamin atau bidang studi. Namun, pelajar dari kedua negara secara keseluruhan lebih positif ketimbangan negatif tentang komputer. Pengecualian secara umum perilaku positif terjadi dari evaluasi yang negatif dari video game dimana Italy lebih extrem. Dalam kasus ini, keberadaan opini negatif terhadap video game. (Semua kecuali dari satu perhatian terhadap evaluasi negatif) adalah satu contoh stereotif negatif dari komputer yang kontras dengan seluruh seri epembuktian eksperimen dari stimulasi perbedaan dari kemampuan intelektual dari video game.
Sementara perbedaan kebudayaan, Italy lebih takut terhadap penggunaan komputer dibandingkan amerika. Ini menceriminkan tekanan yang besar dari grup sosial ( melawan individual) di Italy dan masalah yang besar dari birokrasi tertinggi dari institut sosial di Italy. Penjelasan lain ketakutan terbesarnya adalah bahwa hal itu mungkin hasil dari penggunaan yang lebih luas untuk tujuan ini di Amerika, dari sistem pakar komputisasi yang dgunakan oleh lembaga pemerintahan untuk pemeriksaan pajak dan kontrol kejahatan ke database yang tersedia untuk politisi mempersiapkan kampanye pemilu, semua yang telah menyebabkan banyak kontraversi. Di Italy, kurangnya penerapan komputer di sektor ini membuat sikap yang kurang jelas. Sebaliknya, di Amerika tidak takut ada masalah dengan aplikasi komputer yang dikembangkan oleh individu. Akhirnya, sikap yang lebih positif terhadap kedua jenis aitem dalam 3 faktor oleh siswa di Amerika Serikat mencerminkan optimistik, kurangnya pandangan terhadap budaya kritik di US. Menariknya, difusi yang lebih besar dari komputer di US tidak menyebabkan sikap positif papan atas, sebagai gantinya komputer sebagai peralatan berasimilasi terhadap keberadaan sikap budaya, menghasilkan pola yang berbeda dari sikap positif dan negatif dalam masing-masig budaya.
Secara keseluruhan, hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya milik De Grada et al (1987) dimana masing-masing dari sikap berkerumun di tiga faktor yang paralel itu. Konsistensi dari dimensi yang terpendam dari sikap terhadap komputer untuk teknologi dan ilmu pengetahuan secara umum dan pengaruhnya terhadap ciri sosiokultural dalam orientasi sikap-sikap. Dipenelitian ini, dimensi pertama memiliki potensi hubungan negatif dari komputer pada kognitif atau proses pembelajarannya dalam hubungan individu dengan orang-orang yang melihat komputer itu memang berdampak negatif bagi kognitif dan edukasi, dan mempunyai efek menarik diri terhadap individu. Diesensikan, subjk tersebut cenderung mempertahankan sikap khawatir terhadap potensi negatif komputer pada individu.
Dimensi kedua berkaitan dengan efek negatif  dari komputer di lembaga-lembaga sosial (pekerjaan, kontrol sosial, keadilan) dan sanksi sosial (privasi). mencakup sikap negatif terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih umum. subjek yang setuju bahwa komputer memiliki efek negatif dalam lembaga sosial akan cenderung melihat efek negatif pada lembaga sosial lainnya, serta efek negatif dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih umum.
Faktor ketiga terutama dari item positif tentang komputer dan ilmu pengetahuan. termasuk efek komputer baik pada individu dan masyarakat. mengingat bahwa konten agak mirip dengan dua faktor lainnya, salah satu kelebihan faktor ini dapat menunjukkan sejauh mana seorang individu akan menerima positif (berbeda dengan penolakan negatif) gambaran dari komputer dan ilmu pengetahuan yang lebih umum.
Tren sosial budaya dibedakan oleh De Grada et al. dikonfirmasi. Jenis kelamin membuat perbedaan sikap kurang daripada studi lapangan. dalam studi lapangan, masyarakat dan mahasiswa psikologi memiliki sikap yang lebih negatif dan kurang positif dibandingkan rekan-rekan mereka di bidang sains dan teknologi terhadap dampak individu dan sosial dari komputer, sains, dan teknologi. Masyarakat khususnya, sangat jelas kurang positif terhadap peran komputer, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Sebaliknya ahasiswa sains, bersama dengan rekan-rekan teknik mereka, menunjukkan sikap yang lebih positif dan sedikit negatif terhadap berbagai aplikasi sosial komputer, ilmu pengetahuan, dan teknologi, mereka juga menunjukkan keengganan yang lebih besar daripada sub-sampel lain untuk setuju dengan dampak negatif dari komputer pada masing masing psikologis individu
Dalam hal perbedaan gender, hasilnya menunjukkan perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan hanya berkenaan dengan efek negatif pada individu. perempuan setuju dengan pernyataan tentang efek negatif secara signifikan lebih dari laki-laki. Temuan ini menegaskan pembagian tetap terhadap peran seksual, tetapi kurang penting dibandingkan dengan perbedaan pekerjaan lebih konsisten dan perbedaan budaya yang lebih besar.

B.     Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
1.      Kelebihan
a.       Hasil penelitian dipaparkan dengan sangat jelas
b.      Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sudah cukup mewakili atau merepresentasi kan dari sebagian populasi yang ada.
c.       Penjelasan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian cukup jelas dan mudah dimengerti.
d.      Dilampirkannya secara detal instrumen yang digunakan dalam penelitian sehingga pembaca dengan mudah mengetahui aspek apa saja yang menjadi pertimbangan dalam penelitian.

2.      Kekurangan
a.       Abstrak kurang jelas, sehingga tidak cukup dengan membaca abstraknya saja untuk mengetahui hasil dari penelitian tersebut.
b.      Hasil penelitian hanya dijelaskan dan dimasukkan kedalam tabel sehingga pembaca akan kebingungan, akan lebih baik jika menggunakan grafik perbandingan.
c.       Tidak ada kesimpulan atas pemaparan hasil penelitian dan diskusi. 

Daftar Pustaka



TUGAS 2

TUGAS
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
PENGEMBANGAN APLIKASI TEST IQ (INTELIGENCE QUOTIENT) PADA ANAK USIS DINI BERBASIS WEB



DISUSUN OLEH :
Nama        : 1. Dian Istiqomah
                    2. Mega Setyorini Putri
NPM         : 1. 12513368
                    2. 15513391
Kelas         : 4PA11

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017


1.      Identifikasi Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Masa usia emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada masa usia prasekolah dimana 80% perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Pada usia 4 tahun, kecerdasan anak mencapai 50 persen sedangkan pada usia 8 tahun kapasitas kecerdasan anak yang sudah terbangun mencapai 80 persen. Kecerdasan seorang anak dapat dilihat salah satunya dengan memperhatikan tingkat Intelligence Quotientnya (IQ).
IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. IQ dapat diukur dengan mengggunakan alat tes intelegensia standar yang mencakup kemampuan verbal dan noverbal. Tes IQ untuk anak usia dini umumnya berupa puzle atau permainan balok-balok dan juga mengenal benda (gambar benda). Tes IQ masih dilakukan secara manual dengan membacakan semua soal kepada peserta tes. Selain itu, hasil dari tes tersebut baru diketahui oleh peserta tes setelah beberapa hari karena harus diperiksa secara manual. Dengan adanya bantuan komputer, tes IQ dapat dilakukan tanpa membacakan soal kepada peserta tes dan hasil dari tes tersebut dapat dilihat oleh peserta tes.

2.      Analisis masalah
Tes IQ pada anak usia dini sudah sering dilakukan, hanya saja masih secara mannual dengan membacakan semua soal kepada peserta test. Selain itu, hasil dari tes tersebut baru akan diketahui oleh peserta tes setelah beberapa hari karena harus diperiksa secara manual. Tentunya hal tersebut tidak efisien dari segi waktu pengerjaan tes.
Berdasarkan permasalahn diatas penulis mempunyai usulan solusi untuk mengembangkan perangkat lunak yaitu aplikasi tes IQ pada anak usia dini berbasis web. Usulan solusi dalam aplikasi test IQ pada anak usia dini berbasis web ini diterapkan untuk memudahkan psikolog dalam memberikan tes IQ serta memudahkan pengguna dalam menjawab soal yang akan memperoleh hasil dihari itu juga. Dengan web ini diharapkan dapat membantu dalam pengerjaan tes IQ pada anak usia dini bagi yang memerlukan.

3.      Analisis kebutuhan
a.      Analisis Kebutuhan Data
Tahap pertama yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan yang merupakan bagian dari requirements analysis and definition (analisis kebutuhan dan definisi) pada model tersebut. pada tahap ini, penulis melakukan referensi mengenai teori-teori yang diperlukan dan bagaimana menerapkannya dalam Aplikasi yang berbasis web.
b.      Fungsional
Dalam pengembangan aplikasi ini, peneliti menggunakan DFD (Data Flow Diagram). Data Flow Diagram adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambaran dari mana asal data kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut, bagaimana interaksi antara data yang tersimpan, serta proses apa yang dikenakan pada data tersebut.
Perencanaan struktur data perangkat lunak merupakan tahap pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dalam suatu tahap pengembangan sistem. Kebutuhan-kebutuhan fungsional yang dimaksudkan adalah isis file atau struktur dari tiap-tiap file yang diidentifikasi.  
c.       Nonfungsional
Pengembangan Aplikasi Tes IQ pada anak usia dini ini menggunakan proses SDLC (System Development Life Cycle) dengan model waterfall yaitu model yang bersifat sistematis dan berurutan dalam membangun perangkat lunak, mulai dari tahap analisis, desain, implementasi, testing operation, dan maintenance
4.      Tahap Perancangan
a.      Struktur Navigasi
1)      Struktur navigasi pada aplikasi tersebut sudah termasuk bagus karena pada awalan pengerjaan tetap harus mengisi data lengkap, namun sebaiknya pada saat masuk ke persoalan lebih baik tidak diberitahukan data soal yang akan dikerjakan
2)      Pada saat memasuki pengerjaannya sebaiknya ada tampilan instruksi secara sederhana agar anak dapat membaca terlebih dahulu
b.      Struktur Interface
1)      Pada bagian hasil setelah pengerjaan sebaiknya data hasil dikirim via email agar tetap menjaga kerahasiaannya,
2)      Pada bagian proses pengerjaannya tampilan perintah dibuat lebih sederhana namun dengan bahasa yang lebih santai pada anak-anak, mengingat test diberikan pada anak-anak walaupun tetap harus dengan pengawasan
3)      Hasil berupa pernyataan “tidak mampu” lebih baik tidak ditampilkan karena ketika anak membaca dapat mempengaruhi psikis

Analisis Mengenai Test IQ Manual dan Test IQ Online atau Berbasis Komputer

A.   Analisis Mengenai Test Intellegensi  (IQ) Manual dan Test Intellegensi (IQ) Online atau Berbasis Komputer
Seperti yang kita ketahui, seiring berkembangnya zaman dan semakin berkembang pesatnya teknologi, banyak aktivitas atau kegiatan manusia yang dulunya dapat dilakukan secara manual kini berubah menjadi online. Tidak hanya dalam bidang komunikasi, ternyata sekarang bidang psikologi pun ikut berkembang secara pesat. Mungkin ini diperlukan agar masyarakat bisa secara keseluruhan menggunakannya tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Salah satu yang berkembang dalam bidang psikologi adalah penggunaan alat test yang tadinya dilakukan secara manual (testee berhadapan langsung dengan tester) sekarang bisa dilakukan secara online atau berbasis komputer (testee mengerjakan lewat komputer). Namun, apakah pengetesan yang dilakukan secara komputer itu dapat secara mudah dimengerti oleh semua kalangan? Apakah standarisasi alat test tersebut sudah baik?
Seperti yang saya ketahui dari tes IQ online yang sudah saya lakukan ternyata ada perbedaan dengan test IQ secara manual. Pertama dari segi biaya, test IQ yang dilakukan secara manual memang membutuhkan biaya yang cukup mahal dan membuat tidak semua kalangan bisa melakukan test IQ tersebut. Sedangkan test IQ secara online tidak membutuhkan biaya yang mahal karena hanya membutuhkan komputer atau laptop dan jaringan internet yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Test IQ secara manual bisa dilakukan secara individual atau secara klasikal, asalkan tetap testee bertemu dengan tester dan tester bertugas memberikan instruksi secara jelas sampai testee paham dengan instruksi tersebut. Dalam test IQ yang dilakukan secara online, tidak ada penjelasan atau instruksi yang diberikan secara jelas dan lengkap sehingga adanya kemungkinan ketidakpahaman testee dalam mengerjakan test tersebut. selain itu, testee tidak bertemu secara langsung dengan tester melainkan hanya mengerjakan lewat komputer. Hal itu membuat adanya celah-celah kecurangan yang dilakukan oleh testee. Dalam test IQ yang dilakukan secara manual, biasanya waktu untuk mengerjakan test tersebut sudah ditentukan, dan apabila waktu test tersebut sudah habis maka testee tidak dapat melanjutkan test tersebut melainkan meneruskan ke test selanjutnya. Tetapi tidak pada test yang dilakukan secara online. Di test IQ online, ada beberapa test yang tidak dibatasi oleh waktu dalam pengerjaannya, padahal seperti yang kita ketahui dalam test IQ yang diukur adalah kecepatan dan ketepatan individu dalam menerima informasi yang diberikan dalam waktu yang bisa dibilang singkat. Kalau saja test IQ yang dilakukan secara online tidak menggunakan waktu, apa bisa mengukur hal tersebut?
            Dalam admisitrasinya, test IQ secara manual mungkin terlihat lebih sulit dan membutuhkan ketelitian karena apabila salah dalam pengskoringan maka akan berdampak fatal sampai seterusnya, tetapi hasil yang didapatkan lebih lengkap karna terdapat nilai score IQ dan penjelasan dari score IQ tersebut. Sedangkan test IQ yang dilakukan secara online bisa secara langsung mengetahui scorenya setelah selesai mengerjakan soal IQ tersebut tetapi hasil yang didapatkan tidak lengkap dengan penjelasan hanya score mentah dari IQ tersebut.

B.   Test Intellegensi (IQ) Manual dan Test Intellegensi (IQ) Online atau Berbasis Komputer
1.      Pengertian Test Intellegensi
Banyak ahli yang berbeda pendapat dalam mendefinisikan apa itu test intellegensi. Menurut Spearman, intellegensi adalah kemampuan umum untuk berfikir dan mempertimbangkan. Sedangkan menurut Thrustone intelegensi adalah sebuah kecerdasan yang dilihat sebagai suatu rangkaian kemampuan yang terpisah. Thrustone meyakini bahwa kemampuan seperti numerik, ingatan, dan kefasihan berbicara, secara bersama-sama akan membentuk perilaku pandai.  
Test intelegensi disusun dan dikembangkan untuk mengetahui kemampuan dasar individu secara umum. Test kecerdasan tradisional, meskipun terkadang ada yang memiliki beberapa subtest, namun sebenarnya dirancang untuk mendapatkan angka global tunggal ukuran tingkat perkembangan kognitif umum individu. Keluaran angka ini kemudian sering disebut sebagai Intellegence Quotient (IQ).

2.      Contoh Test Intelllegensi
Suatu test umumnya memang dirancang untuk mengukur intellegensi pada orang yang berada didalam kebudayaan dimana test tersebut dirancang. Suatu test yang bebas budaya dikembangkan dengan cara meminimalkan penggunaan bahasa, keterampilan, dan nilai-nilai yang berbeda-beda dari kebudayaan satu dengan yang lain.
Contoh dari test Intellegensi adalah Progressive matrices, yang berisikan dari beberapa test. Subjek diminta untuk memilih salah satu jawaban diantara 6 sampai 8 pilihan jawaban dari setiap pertanyaan. Aspek yang diukur dalam test ini adalah:
a.       Berfikir logis
b.      Kecakapan pengamatan ruang

c.       Kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa
d.      Kemampuan berfikir analogi

Selanjutnya, Cattel juga mengembangkan test intellegensi yang dinamakan Culture Fair Intelligence Test (CFIT) yang berusaha mengkombinasikan beberapa pertanyaan pemahaman verb pengetahuan yang bebas budaya. Dengan membandingkan skor-skor dalam dua macam pertanyaan, maka faktor budaya dapat dikesampingkan. Terdapat tiga jenis test CFIT, yaitu:
a.       CFIT skala 1, yang ditujukan untuk mereka yang mengalami retardasi mental
b.      CFIT skala 2, yang ditujukan untuk usia 8 hingga 13 tahun
c.       CFIT skala 3, yang ditujukan untuk dewasa

Seperti yang sudah saya jelaskan dalam analisa tadi, ternyata seiring dengan berkembangnya teknologi maka pengetesan dalam bidang psikologi pun ikut berkembang. Ternyata sudah banyak test IQ yang dibuat secara online atau berbasis komputer. Dari sekian banyak test IQ onlie yang ada, inilah beberapa test IQ yang saya coba
1.      www.tes-iq.com
Tampilan pertama yang muncul saat membuka link tersebut


Setelah kita memilih salah satu dari test tersebut maka yang akan muncul adalah



Setelah kita mengerjakan soal tersebut sampai selesai, maka hasil yang akan muncul adalah


Untuk test ini, pertama yang akan muncul setelah kita mengklik link tersebut adalah

Kemudian bentuk soal yang diberikan dalam test ini adalah

Setelah kita mengerjakan test tersebut sampai dengan selesai, akan ada pemberitahuan mengenai hasil score dari test tersebut yang dikirim melalui alamat email, dalam bentuk