Senin, 09 Januari 2017

Tugas Kelompok Sistem Informasi Psikologi

TUGAS 1

TUGAS
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
Attitudes Toward Computers, Science, and Technology: A Cross-Cultural Compasion Between Students in Rome and Los Angeles


DISUSUN OLEH :
Nama        : 1. Dian Istiqomah
                    2. Mega Setyorini Putri
NPM         : 1. 12513368
                    2. 15513391
Kelas         : 4PA11

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016

Attitudes Toward Computers, Science, and Technology: A Cross-Cultural Compasion Between Students in Rome and Los Angeles
A.    Rangkuman Jurnal
Kebudayaan yang umum itu membuat perbedaan yang lebih besar terhadap perilaku dibandingkan jenis kelamin atau bidang studi. Namun, pelajar dari kedua negara secara keseluruhan lebih positif ketimbangan negatif tentang komputer. Pengecualian secara umum perilaku positif terjadi dari evaluasi yang negatif dari video game dimana Italy lebih extrem. Dalam kasus ini, keberadaan opini negatif terhadap video game. (Semua kecuali dari satu perhatian terhadap evaluasi negatif) adalah satu contoh stereotif negatif dari komputer yang kontras dengan seluruh seri epembuktian eksperimen dari stimulasi perbedaan dari kemampuan intelektual dari video game.
Sementara perbedaan kebudayaan, Italy lebih takut terhadap penggunaan komputer dibandingkan amerika. Ini menceriminkan tekanan yang besar dari grup sosial ( melawan individual) di Italy dan masalah yang besar dari birokrasi tertinggi dari institut sosial di Italy. Penjelasan lain ketakutan terbesarnya adalah bahwa hal itu mungkin hasil dari penggunaan yang lebih luas untuk tujuan ini di Amerika, dari sistem pakar komputisasi yang dgunakan oleh lembaga pemerintahan untuk pemeriksaan pajak dan kontrol kejahatan ke database yang tersedia untuk politisi mempersiapkan kampanye pemilu, semua yang telah menyebabkan banyak kontraversi. Di Italy, kurangnya penerapan komputer di sektor ini membuat sikap yang kurang jelas. Sebaliknya, di Amerika tidak takut ada masalah dengan aplikasi komputer yang dikembangkan oleh individu. Akhirnya, sikap yang lebih positif terhadap kedua jenis aitem dalam 3 faktor oleh siswa di Amerika Serikat mencerminkan optimistik, kurangnya pandangan terhadap budaya kritik di US. Menariknya, difusi yang lebih besar dari komputer di US tidak menyebabkan sikap positif papan atas, sebagai gantinya komputer sebagai peralatan berasimilasi terhadap keberadaan sikap budaya, menghasilkan pola yang berbeda dari sikap positif dan negatif dalam masing-masig budaya.
Secara keseluruhan, hasil ini sejalan dengan penelitian sebelumnya milik De Grada et al (1987) dimana masing-masing dari sikap berkerumun di tiga faktor yang paralel itu. Konsistensi dari dimensi yang terpendam dari sikap terhadap komputer untuk teknologi dan ilmu pengetahuan secara umum dan pengaruhnya terhadap ciri sosiokultural dalam orientasi sikap-sikap. Dipenelitian ini, dimensi pertama memiliki potensi hubungan negatif dari komputer pada kognitif atau proses pembelajarannya dalam hubungan individu dengan orang-orang yang melihat komputer itu memang berdampak negatif bagi kognitif dan edukasi, dan mempunyai efek menarik diri terhadap individu. Diesensikan, subjk tersebut cenderung mempertahankan sikap khawatir terhadap potensi negatif komputer pada individu.
Dimensi kedua berkaitan dengan efek negatif  dari komputer di lembaga-lembaga sosial (pekerjaan, kontrol sosial, keadilan) dan sanksi sosial (privasi). mencakup sikap negatif terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih umum. subjek yang setuju bahwa komputer memiliki efek negatif dalam lembaga sosial akan cenderung melihat efek negatif pada lembaga sosial lainnya, serta efek negatif dari ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih umum.
Faktor ketiga terutama dari item positif tentang komputer dan ilmu pengetahuan. termasuk efek komputer baik pada individu dan masyarakat. mengingat bahwa konten agak mirip dengan dua faktor lainnya, salah satu kelebihan faktor ini dapat menunjukkan sejauh mana seorang individu akan menerima positif (berbeda dengan penolakan negatif) gambaran dari komputer dan ilmu pengetahuan yang lebih umum.
Tren sosial budaya dibedakan oleh De Grada et al. dikonfirmasi. Jenis kelamin membuat perbedaan sikap kurang daripada studi lapangan. dalam studi lapangan, masyarakat dan mahasiswa psikologi memiliki sikap yang lebih negatif dan kurang positif dibandingkan rekan-rekan mereka di bidang sains dan teknologi terhadap dampak individu dan sosial dari komputer, sains, dan teknologi. Masyarakat khususnya, sangat jelas kurang positif terhadap peran komputer, teknologi, dan ilmu pengetahuan. Sebaliknya ahasiswa sains, bersama dengan rekan-rekan teknik mereka, menunjukkan sikap yang lebih positif dan sedikit negatif terhadap berbagai aplikasi sosial komputer, ilmu pengetahuan, dan teknologi, mereka juga menunjukkan keengganan yang lebih besar daripada sub-sampel lain untuk setuju dengan dampak negatif dari komputer pada masing masing psikologis individu
Dalam hal perbedaan gender, hasilnya menunjukkan perbedaan antara mahasiswa laki-laki dan perempuan hanya berkenaan dengan efek negatif pada individu. perempuan setuju dengan pernyataan tentang efek negatif secara signifikan lebih dari laki-laki. Temuan ini menegaskan pembagian tetap terhadap peran seksual, tetapi kurang penting dibandingkan dengan perbedaan pekerjaan lebih konsisten dan perbedaan budaya yang lebih besar.

B.     Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
1.      Kelebihan
a.       Hasil penelitian dipaparkan dengan sangat jelas
b.      Subjek yang digunakan dalam penelitian ini sudah cukup mewakili atau merepresentasi kan dari sebagian populasi yang ada.
c.       Penjelasan mengenai latar belakang dilakukannya penelitian cukup jelas dan mudah dimengerti.
d.      Dilampirkannya secara detal instrumen yang digunakan dalam penelitian sehingga pembaca dengan mudah mengetahui aspek apa saja yang menjadi pertimbangan dalam penelitian.

2.      Kekurangan
a.       Abstrak kurang jelas, sehingga tidak cukup dengan membaca abstraknya saja untuk mengetahui hasil dari penelitian tersebut.
b.      Hasil penelitian hanya dijelaskan dan dimasukkan kedalam tabel sehingga pembaca akan kebingungan, akan lebih baik jika menggunakan grafik perbandingan.
c.       Tidak ada kesimpulan atas pemaparan hasil penelitian dan diskusi. 

Daftar Pustaka



TUGAS 2

TUGAS
SISTEM INFORMASI PSIKOLOGI
PENGEMBANGAN APLIKASI TEST IQ (INTELIGENCE QUOTIENT) PADA ANAK USIS DINI BERBASIS WEB



DISUSUN OLEH :
Nama        : 1. Dian Istiqomah
                    2. Mega Setyorini Putri
NPM         : 1. 12513368
                    2. 15513391
Kelas         : 4PA11

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
2017


1.      Identifikasi Masalah
Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang paling mendasar dan menempati kedudukan sebagai golden age dan sangat strategis dalam pengembangan sumber daya manusia. Masa usia emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada masa usia prasekolah dimana 80% perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Pada usia 4 tahun, kecerdasan anak mencapai 50 persen sedangkan pada usia 8 tahun kapasitas kecerdasan anak yang sudah terbangun mencapai 80 persen. Kecerdasan seorang anak dapat dilihat salah satunya dengan memperhatikan tingkat Intelligence Quotientnya (IQ).
IQ atau singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah alat tes kecerdasan. IQ dapat diukur dengan mengggunakan alat tes intelegensia standar yang mencakup kemampuan verbal dan noverbal. Tes IQ untuk anak usia dini umumnya berupa puzle atau permainan balok-balok dan juga mengenal benda (gambar benda). Tes IQ masih dilakukan secara manual dengan membacakan semua soal kepada peserta tes. Selain itu, hasil dari tes tersebut baru diketahui oleh peserta tes setelah beberapa hari karena harus diperiksa secara manual. Dengan adanya bantuan komputer, tes IQ dapat dilakukan tanpa membacakan soal kepada peserta tes dan hasil dari tes tersebut dapat dilihat oleh peserta tes.

2.      Analisis masalah
Tes IQ pada anak usia dini sudah sering dilakukan, hanya saja masih secara mannual dengan membacakan semua soal kepada peserta test. Selain itu, hasil dari tes tersebut baru akan diketahui oleh peserta tes setelah beberapa hari karena harus diperiksa secara manual. Tentunya hal tersebut tidak efisien dari segi waktu pengerjaan tes.
Berdasarkan permasalahn diatas penulis mempunyai usulan solusi untuk mengembangkan perangkat lunak yaitu aplikasi tes IQ pada anak usia dini berbasis web. Usulan solusi dalam aplikasi test IQ pada anak usia dini berbasis web ini diterapkan untuk memudahkan psikolog dalam memberikan tes IQ serta memudahkan pengguna dalam menjawab soal yang akan memperoleh hasil dihari itu juga. Dengan web ini diharapkan dapat membantu dalam pengerjaan tes IQ pada anak usia dini bagi yang memerlukan.

3.      Analisis kebutuhan
a.      Analisis Kebutuhan Data
Tahap pertama yang dilakukan adalah mencari dan mengumpulkan kebutuhan secara lengkap kemudian dianalisis dan didefinisikan yang merupakan bagian dari requirements analysis and definition (analisis kebutuhan dan definisi) pada model tersebut. pada tahap ini, penulis melakukan referensi mengenai teori-teori yang diperlukan dan bagaimana menerapkannya dalam Aplikasi yang berbasis web.
b.      Fungsional
Dalam pengembangan aplikasi ini, peneliti menggunakan DFD (Data Flow Diagram). Data Flow Diagram adalah suatu model logika data atau proses yang dibuat untuk menggambaran dari mana asal data kemana tujuan data yang keluar dari sistem, dimana data disimpan, proses apa yang menghasilkan data tersebut, bagaimana interaksi antara data yang tersimpan, serta proses apa yang dikenakan pada data tersebut.
Perencanaan struktur data perangkat lunak merupakan tahap pendefinisian dari kebutuhan-kebutuhan fungsional dalam suatu tahap pengembangan sistem. Kebutuhan-kebutuhan fungsional yang dimaksudkan adalah isis file atau struktur dari tiap-tiap file yang diidentifikasi.  
c.       Nonfungsional
Pengembangan Aplikasi Tes IQ pada anak usia dini ini menggunakan proses SDLC (System Development Life Cycle) dengan model waterfall yaitu model yang bersifat sistematis dan berurutan dalam membangun perangkat lunak, mulai dari tahap analisis, desain, implementasi, testing operation, dan maintenance
4.      Tahap Perancangan
a.      Struktur Navigasi
1)      Struktur navigasi pada aplikasi tersebut sudah termasuk bagus karena pada awalan pengerjaan tetap harus mengisi data lengkap, namun sebaiknya pada saat masuk ke persoalan lebih baik tidak diberitahukan data soal yang akan dikerjakan
2)      Pada saat memasuki pengerjaannya sebaiknya ada tampilan instruksi secara sederhana agar anak dapat membaca terlebih dahulu
b.      Struktur Interface
1)      Pada bagian hasil setelah pengerjaan sebaiknya data hasil dikirim via email agar tetap menjaga kerahasiaannya,
2)      Pada bagian proses pengerjaannya tampilan perintah dibuat lebih sederhana namun dengan bahasa yang lebih santai pada anak-anak, mengingat test diberikan pada anak-anak walaupun tetap harus dengan pengawasan
3)      Hasil berupa pernyataan “tidak mampu” lebih baik tidak ditampilkan karena ketika anak membaca dapat mempengaruhi psikis

Analisis Mengenai Test IQ Manual dan Test IQ Online atau Berbasis Komputer

A.   Analisis Mengenai Test Intellegensi  (IQ) Manual dan Test Intellegensi (IQ) Online atau Berbasis Komputer
Seperti yang kita ketahui, seiring berkembangnya zaman dan semakin berkembang pesatnya teknologi, banyak aktivitas atau kegiatan manusia yang dulunya dapat dilakukan secara manual kini berubah menjadi online. Tidak hanya dalam bidang komunikasi, ternyata sekarang bidang psikologi pun ikut berkembang secara pesat. Mungkin ini diperlukan agar masyarakat bisa secara keseluruhan menggunakannya tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Salah satu yang berkembang dalam bidang psikologi adalah penggunaan alat test yang tadinya dilakukan secara manual (testee berhadapan langsung dengan tester) sekarang bisa dilakukan secara online atau berbasis komputer (testee mengerjakan lewat komputer). Namun, apakah pengetesan yang dilakukan secara komputer itu dapat secara mudah dimengerti oleh semua kalangan? Apakah standarisasi alat test tersebut sudah baik?
Seperti yang saya ketahui dari tes IQ online yang sudah saya lakukan ternyata ada perbedaan dengan test IQ secara manual. Pertama dari segi biaya, test IQ yang dilakukan secara manual memang membutuhkan biaya yang cukup mahal dan membuat tidak semua kalangan bisa melakukan test IQ tersebut. Sedangkan test IQ secara online tidak membutuhkan biaya yang mahal karena hanya membutuhkan komputer atau laptop dan jaringan internet yang bisa diakses kapanpun dan dimanapun. Test IQ secara manual bisa dilakukan secara individual atau secara klasikal, asalkan tetap testee bertemu dengan tester dan tester bertugas memberikan instruksi secara jelas sampai testee paham dengan instruksi tersebut. Dalam test IQ yang dilakukan secara online, tidak ada penjelasan atau instruksi yang diberikan secara jelas dan lengkap sehingga adanya kemungkinan ketidakpahaman testee dalam mengerjakan test tersebut. selain itu, testee tidak bertemu secara langsung dengan tester melainkan hanya mengerjakan lewat komputer. Hal itu membuat adanya celah-celah kecurangan yang dilakukan oleh testee. Dalam test IQ yang dilakukan secara manual, biasanya waktu untuk mengerjakan test tersebut sudah ditentukan, dan apabila waktu test tersebut sudah habis maka testee tidak dapat melanjutkan test tersebut melainkan meneruskan ke test selanjutnya. Tetapi tidak pada test yang dilakukan secara online. Di test IQ online, ada beberapa test yang tidak dibatasi oleh waktu dalam pengerjaannya, padahal seperti yang kita ketahui dalam test IQ yang diukur adalah kecepatan dan ketepatan individu dalam menerima informasi yang diberikan dalam waktu yang bisa dibilang singkat. Kalau saja test IQ yang dilakukan secara online tidak menggunakan waktu, apa bisa mengukur hal tersebut?
            Dalam admisitrasinya, test IQ secara manual mungkin terlihat lebih sulit dan membutuhkan ketelitian karena apabila salah dalam pengskoringan maka akan berdampak fatal sampai seterusnya, tetapi hasil yang didapatkan lebih lengkap karna terdapat nilai score IQ dan penjelasan dari score IQ tersebut. Sedangkan test IQ yang dilakukan secara online bisa secara langsung mengetahui scorenya setelah selesai mengerjakan soal IQ tersebut tetapi hasil yang didapatkan tidak lengkap dengan penjelasan hanya score mentah dari IQ tersebut.

B.   Test Intellegensi (IQ) Manual dan Test Intellegensi (IQ) Online atau Berbasis Komputer
1.      Pengertian Test Intellegensi
Banyak ahli yang berbeda pendapat dalam mendefinisikan apa itu test intellegensi. Menurut Spearman, intellegensi adalah kemampuan umum untuk berfikir dan mempertimbangkan. Sedangkan menurut Thrustone intelegensi adalah sebuah kecerdasan yang dilihat sebagai suatu rangkaian kemampuan yang terpisah. Thrustone meyakini bahwa kemampuan seperti numerik, ingatan, dan kefasihan berbicara, secara bersama-sama akan membentuk perilaku pandai.  
Test intelegensi disusun dan dikembangkan untuk mengetahui kemampuan dasar individu secara umum. Test kecerdasan tradisional, meskipun terkadang ada yang memiliki beberapa subtest, namun sebenarnya dirancang untuk mendapatkan angka global tunggal ukuran tingkat perkembangan kognitif umum individu. Keluaran angka ini kemudian sering disebut sebagai Intellegence Quotient (IQ).

2.      Contoh Test Intelllegensi
Suatu test umumnya memang dirancang untuk mengukur intellegensi pada orang yang berada didalam kebudayaan dimana test tersebut dirancang. Suatu test yang bebas budaya dikembangkan dengan cara meminimalkan penggunaan bahasa, keterampilan, dan nilai-nilai yang berbeda-beda dari kebudayaan satu dengan yang lain.
Contoh dari test Intellegensi adalah Progressive matrices, yang berisikan dari beberapa test. Subjek diminta untuk memilih salah satu jawaban diantara 6 sampai 8 pilihan jawaban dari setiap pertanyaan. Aspek yang diukur dalam test ini adalah:
a.       Berfikir logis
b.      Kecakapan pengamatan ruang

c.       Kemampuan untuk mencari dan mengerti hubungan antara keseluruhan dan bagian-bagian, jadi termasuk kemampuan analisa
d.      Kemampuan berfikir analogi

Selanjutnya, Cattel juga mengembangkan test intellegensi yang dinamakan Culture Fair Intelligence Test (CFIT) yang berusaha mengkombinasikan beberapa pertanyaan pemahaman verb pengetahuan yang bebas budaya. Dengan membandingkan skor-skor dalam dua macam pertanyaan, maka faktor budaya dapat dikesampingkan. Terdapat tiga jenis test CFIT, yaitu:
a.       CFIT skala 1, yang ditujukan untuk mereka yang mengalami retardasi mental
b.      CFIT skala 2, yang ditujukan untuk usia 8 hingga 13 tahun
c.       CFIT skala 3, yang ditujukan untuk dewasa

Seperti yang sudah saya jelaskan dalam analisa tadi, ternyata seiring dengan berkembangnya teknologi maka pengetesan dalam bidang psikologi pun ikut berkembang. Ternyata sudah banyak test IQ yang dibuat secara online atau berbasis komputer. Dari sekian banyak test IQ onlie yang ada, inilah beberapa test IQ yang saya coba
1.      www.tes-iq.com
Tampilan pertama yang muncul saat membuka link tersebut


Setelah kita memilih salah satu dari test tersebut maka yang akan muncul adalah



Setelah kita mengerjakan soal tersebut sampai selesai, maka hasil yang akan muncul adalah


Untuk test ini, pertama yang akan muncul setelah kita mengklik link tersebut adalah

Kemudian bentuk soal yang diberikan dalam test ini adalah

Setelah kita mengerjakan test tersebut sampai dengan selesai, akan ada pemberitahuan mengenai hasil score dari test tersebut yang dikirim melalui alamat email, dalam bentuk

Rabu, 15 Juni 2016

Pendekatan Humanistik

  1. Pengantar Aliran Humanistik
      1.      Definisi Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Permasalahan ini dirangkum dalam lima postulat psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
a.       Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen
b.      Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya
c.       Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain
d.      Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab
e.       Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas
Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagaian-bagian jiwa manusia, namun dalam penyimplannya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, pengembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaannya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran psikoanalisa dan behavior seperti cinta, kreativitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencin, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik.
Humanistik menjelaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusan pandangan pskoanalisa dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme. Humanistik yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat serta kreatif, dan jika orang mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya.

      2.      Konsep-Konsep Utama
Psikologi eksistensial humanistik berfokus pad kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikao yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-tekni yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial humanistik bukan suatu aliran tepai, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik. Pendekatan terapi eksisensial juga bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
a.       Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
b.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
c.       Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.

      3.      Fungsi dan Peran Terapis
    Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keluwesan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang dgunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu fase ke fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikolog humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
a.       Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b.      Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c.       Mengakui sifat timbal balik dari hubungan teurapetik
d.      Berorientasi pada pertumbuhan
e.       Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebaga suatu pribadi yang menyeluruh
f.       Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien
g.      Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien
h.      Mengakui kebebasan klien untuk mengungkap pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri. 

Contoh Kasus :
Vina adalah wanita berumur 40 tahun. Diusianya yang sudah mencapai kepala empat, ia sudah mempunyai 2 oang anak. Anak pertamanya adalah siswa kelas 3 SMP dan anak keduanya masih balita berumur 5 tahun. Vina sudah ditinggal oleh suaminya sejak 3 thun yang lalu karena suaminya sakit dan meninggal. Vina adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan dan mempunyai peran penting dalam perusahaannya tersebut. Karir vina terus menaik sampai saat ini hingga ia tak punya waktu untuk keluarganya.
Diawal karirnya vina masih bisa berkumpul dan mempunyai waktu bersama dengan keluarganya. Vina masih bisa menyempatkan untuk belibur bersama keluarganya setiap weekend. Namun, ketika karirnya semakin melesat ia tidak pernah ada waktu lagi dengan keluarganya. Vina selalu berangkat pagi dan pulang bisa sampai larut malam karena menyelesaikan tugasnya. Akibatnya kedua anak vina tidak pernah mempunyai waktu lagi dengannya. Memang sejak kepergian suaminya, Vina lah yang berperan penting untuk mengurus semuanya. Anak vina yang masih berumur 5 tahun sepanjang hari selalu diurus dengan baby sitter, bahkan vina jarang mengetahui perkembangan anaknya. Sedangkan anak Vina yang SMP, karena ia merasa tidak diperhatikan oleh ibunya makanya ia berubah menjadi nakal. Anak Vina selalu bolos sekolah, tidak pernah mengerjakan tugas di sekolah, dalam sebulan selalu saja Vina di panggil ke sekolah oleh guru BK karena kelakuan anaknya. Setiap anaknya ditanya oleh guru BK nya kenapa ia melakukan ini semua, anak itu menjawab karna dia tidak pernah mendapat perhatian ibunya. Untuk apa dia menjadi baik kalau ibunya saja tidak memperhatikan kesehariannya. Makanya dia berbuat sepeti itu agar Vina memberikan perhatian kepada ibunya.
Karna Vina sudah pusing juga dengan kelakuan anaknya, akhirnya Vina memutuskan untuk pergi ke konselor untuk menceritakan semua masalah yang terjadi.

Penanganan :
Dari kasus di atas, menurut saya yang cocok untuk menangani masalah tersebut adalah dengan Client Centered Therapy. Disini konselor menjalin hubungan baik terlebih dahulu dengan klien agar klien mau terbuka dengan masalah yang sedang dihadapinya. Selama klien menceritakan masalahnya konselor berperan aktif dalam mendengarkan semua masalah yang diungkapkan oleh klien. Disini konselor tidak diperkenankan untuk menentukan pilihan untuk kliennya, konselor hanya memberi support atau dukungan terhadap apa yang sudah dipilih oleh kien. Konselor hanya memberikan pemahaman-pemahaman tentang apa yang menjadi pilihan klien dan menyangkut pautkan dengan masalah yang dihadapi. Setelah itu klien lah yang menentukan sendiri mana yang terbaik untuk dirinya. Konselee sudah bisa bertanggung jawab dan menerima konsekuensi apa yang terjadi apa bila dia memilih pilihannya tersebut. 

Source: Corey, G. (2007). Teori dan peraktek konseling & psikoterapi. Bandung: PT                                Refika Aditama