Selasa, 28 April 2015

Stress Pada Wanita dan Hubungan Kesehatan Mental dengan Kecerdasan emosi

Stress pada Wanita
(Stress pada Wanita Dewasa Muda yang Memiliki Peran Ganda Sebagai Istri, Ibu, dan Mahasiswi)
Tidak ada kehidupan yang bebas dari keadaan stress. Kehidupan tidak menyebabkan stress jika lingkungan tidak menuntut individu dan individu tersebut tidak mempunyai dorongan untuk memenuhinya. Stress merupakan bagian yang penting dalam kehidupan karena setiap perubahan dalam kehidupan sehari-hari individu dapat menyebabkan stress (Holmes, dlm Feldman, 1989).
Stress terjadi jika terdapat tuntutan-tuntutan baik dari internal maupun eksternal yang melebihi sumber daya seseorang untuk menyesuaikan diri. Nah contoh dari tuntutan yang bersifat internal itu seperti ambisi, nilai yang sudah terinternalisasi sejak kecil, dan cita-cita menjadi salah satu tuntutan yang bersumber dari dalam diri. Sedangkan sumber tuntutan social atau ekstrnal itu merupakan tekanan yang nyata yang berasal dari orang lain agar individu bertingkah laku tertentu seperti norma, kode etik ataupun budaya.
Sumber stress yang dialami oleh individu pun berbeda-beda tergantung pada situasi dan kondisi yang sedang dihadapinya. Hal ini karena suatu situasi yang dianggap keadaan menyebabkan stress tergantung pada bagaimana cara individu menerima dan menginterpretasikan kejadian tersebut. Oleh karna itu, seseorang dapat mengalami tingkat stress yang berbeda-beda walaupun stressor atau sumber stressnya sama.


Sebenarnya apa sih stress yang dialami oleh dewasa muda yang memiliki peran ganda itu? Lalu bagaimana coping stress yang dilakukan oleh mereka agar mereka bisa lalui masa stress nya itu?
Usia dewasa muda kira-kira sekitar umur 18-22 tahun. Bagi kebanyakan orang awam, terdapat tiga kriteria untuk mendefinisikan masa dewasa; (1) menerima tanggung jawab akan diri sendiri, (2) membuat keputusan mandiri dan (3) mandiri secara finansial (Arnett,2006). Pada rentan usia itu, mungkin banyak dari mereka yang memilih menikah, berkarir, ataupun ada juga yang masih kuliah. Tapi tidak heran pada umur segitu banyak dewasa muda yang sudah memiliki peran ganda sebagai istri, ibu dan mahasiswa. Langkah yang mereka ambil sebenarnya tidak salah namun, ketika mereka mengalami stress apakah mereka mampu mengatasi stress itu dengan baik? Seperti yang kita tau, ketika kita punya seorang anak tugas kita sebagai seorang ibu sangatlah tidak mudah. Kita harus mampu merawat dan memantau perkembangan mereka. Disamping itu tugas kita sebagai mahasiswa juga banyak, kita harus bisa menyelesaikan tugas-tugas dari dosen yang mungkin bisa menyita waktu tidur kita. Permasalahn lain yang ditimbulkan oleh mahasiswa yang sudah menikah adalah masalah pembagian waktu untuk berbagi tugas dan tanggung jawabnya sebagai istri dan ibu, masalah keuangan, masalah pengembangan diri, ide-ide romantic tentang pernikahan, masalah kelangsungan pendidikan, masalah dengan perkuliahan. Ditambah lagi ketika kita harus menyelesaikan tugas akhir, tidak sedikit waktu yang kita butuhkan. Selain itu kita juga menjadi seorang istri untuk suami kita yang artinya kita harus tetap bisa melayani suami kita dengan baik. Kita harus bisa bangun pagi dan menyiapkan sarapan untuk suami dan anak kita. Memang kelihatannya mudah, tapi untuk beberapa wanita dewasa muda yang mengalaminya mungkin kadang mereka juga merasa kerepotan dan timbulah stress pada individu tersebut.


Lalu ketika stress itu sudah terjadi pada kita, bagaimana copping atau cara yang kita ambil untuk meredakan stress tersebut? Coping adalah usaha individu baik yang melibatkan tingkah laku nyata dan kegiatan kognitif untuk menghadapi tuntutan-tuntutan yang berasal dari luar ataupun diri sendiri yang dinilai melampaui sumber daya individu. Usaha coping yang dilakukan dapat bervariasi antar individu dan tidak selalu mengarah ke penyelesaian masalah.
Secara umum jenis-jenis coping dapat dibagi menjadi 2, yaitu
1.      Coping terpusat emosi (emotion-focused coping)
Individu melakukan usaha-usaha yang bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa melakukan usaha untuk mengubah stressor secara langsung.
2.      Coping terpusat masalah
Individu melakukan tindakan yang diarahkan kepada pemecahan masalah atau dengan mengubah situasi. Meraka akan cenderung menggunakan strategi ini bila dirinya menilai situasi yang dihadapinya masih dapat dikontrol serta yakin akan dapat mengubah situasi.

Cara individu mengatasi situasi stress atau dengan kata lain coping, tergantung pada penilaian dia terhadap situasi yang sedang dia hadapi. Bila individu merasa dirinya dapat mengendalikan stressor, maka ia cenderung akan melakukan coping yang terpusat pada masalah, akan tetapi jika ia merasa stressor adalah sesuatu yang tidak dapat dikendalikan maka ia akan memilih coping yang berpusat pada emosi. Selain itu, sumber daya yang dimiliki oleh individu juga sangat berpengaruh terhadap penggunaan coping, khususnya pda saat ia memerlukan sumberdaya (resources) tersebut untuk mengatasi suatu masalah yang spesifik. Sumber daya primer yang dimiliki oleh seorang individu meliputi kesehatan dan energy, kepercayaan positif, dan kemampuan memecahkan masalah persoalan dan kompetensi diri. Selain itu terdapat sumber daya yang berasal dari  lingkungan sekitar, meliputi dukungan social dan material.
            Disekitar kita sudah banyak kasus-kasus yang seperti itu. Seperti halnya salah satu teman saya yang dia akhirnya memutuskan untuk menikah pada usia 21 tahun. Saya tidak heran ketika dia memutuskan untuk menikah, mungkin karna memang itu sudah keputusan terbaik yang dia ambil. Diawal kehidupan baru dengan suaminya dia merasa enjoy, nyaman dan belum merasakan tekanan apapun. Namun menurutnya setelah beberapa bulan menikah, dia merasa kerepotan ketika dia harus kuliah dan harus melayani suaminya. Setelah kurang lebih setahun lebih ia menikah, mereka dikaruniai seorang bayi mungil perempuan. Alangkah senangnya hidup mereka. Diapun awalnya merasa senang ketika memiliki anak, tapi setelah beberapa bulan dia pun kadang merasa stress untuk menghadapi masalah yang ada dikehidupannya. Dia tinggal dirumah sendiri yang lumayan jauh dari orangtuanya dan dia harus bisa mengurus suami dan anaknya sendiri. Menurutnya kadang dia merasa stress dengan situasi itu, disaat dia harus kuliah, anak sakit, dan suaminya pun kerja. Namun walaupun begitu dia dapat meredakan stress tersebut. Biasanya kalau dia sudah merasa stress atau kerepotan ketika dia mau kuliah, dia datang kerumah orangtuanya untuk meminta membantu mengurus anaknya. Ini dia laukan agar dia merasa tidak terlalu merasa terbebani dengan situasi ini.
Dari kasus di atas dapat disimpulkan bahwa ia menggunakan coping stress yang terpusat pada masalah. Ia mencoba melakukan tindakan untuk mengubah situasi. Pada coping stress yang terpusat ada bagian choosing among them dan acting yaitu individu memilih satu dari beberapa alternative yang ada serta individu menjatuhkan pilihannya dan melakukan tindakan tersebut. Jadi mungkin sebelumnya wanita itu sudah memiliki beberapa alternative yang mungkin bisa ia pilih agar dapat meredakan stresnya. Tapi dari sekian banyak alternative yang ada mungkin yang ia pilih yaitu menitipkan anaknya kepada orangtuanya, agar orangtuanya dapat sedikit membantu mengurus anaknya.
Jadi itulah salah satu fenomena yang mungkin banyak juga terjadi pada wanita lain. Intinya coping stress dapat dipilih oleh individu sesuai dengan bagaimana ia dapat melihat dan menginterpretasikan masalah itu seperti apa. Setiap wanita memiliki coping stress yang berbeda-beda walaupun masalah yang dihadapinya sama.



Sumber :
  1.      Sansa, Enandera.2007.Skrpsi: Copping Stres pada Wanita Dewasa Muda yang Berperan Sebagai Istri, Ibu, dan Mahasiswi.Depok:Fakultas Universitas Indonesia
   2.      Nevid, Jeffrey S, Spencer A. Rathus,dkk.2003.Psikologi Abnormal Edisi kelima.Jakarta:Erlangga
   3.      Papalia, Diane E.2014.Experience Human Development 12 ed.Mc Graw Hill



Hubungan Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosi
Sebelum saya menjelaskan tentang apasih hubungan kesehatan mental dengan kecerdasar emosi? Memangnya ada hubungan antara kesehatan mental dan kecerdasan emosi? Pada penasaran kan??? Tapi saya akan menjelaskan terlebih dahulu teori-teori yang menyangkut kedua hal tersebut, agar kita dapat menyimpulkan apakah sebenarnya memang ada hubungan antara kedua hal tersebut?
Di tugas yang pernah saya post sebelumnya, saya sudah pernah menjelaskan tentang arti dari kesehatan mental, kalian masih pada inget gak nih apa pengertiannya? Lupaaa? Atau masih gak tau? Hehe. Yaudah-yaudah saya jelaskan ulang yah. World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang didalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola kehidupannya yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta beperan serta di komunitasnya. WHO juga menyebutkan tentang sehat mental jiwa yang mencakup salah satunya adalah sehat emosional yang tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik.


Lalu apa sih yang dimaksud dengan kecerdasan emosi itu? “Emosi” berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti “menggerakkan, bergerak” (Goleman, 2006). Menurut Goleman (2006) emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan fisiologis dan biologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosional, kemampuan untuk membaca perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain. Selain ada pengertiannya, ada juga nih konsep dari kecerdasan emosional. Goleman (2006) menyatakan bahwa konsep kecerdasan emosional meliputi lima wilayah utama, yaitu : (1) mengenali emosi diri, (2) mengelola emosi, (3) memotivasi diri sendiri, (4) mengenali emosi oranglain, dan (5) membina hubungan. Ada juga karakteristik dari kecerdasan emosi. Menurut Goleman (2006) karakteristik kecerdasan emosi itu meliputi; (1) kesadaran diri, (2) pengaturan diri, (3) motivasi, (4) empati, dan (5) keterampilan social.
Sebenarnya apa saja sih factor-faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional? Goleman (2006) menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosi seseorang, yaitu faktor yang bersifat bawaan atau genetik (temperamen), faktor yang berasal dari lingkungan keluarga (cara asuh orang tua), dan faktor pendidikan emosi yang diperoleh siswa di sekolah. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi itu tumbuh seiring pertumbuhan seseorang sejak lahir hingga ia meninggal dunia.


Lalu apa hubungan antara kesehatan mental dan kecerdasan emosi? Menurut saya, kesehatan mental dan kecerdasan emosi memang ada hubungannya. Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat maka ia akan dapat mengendalikan emosinya dengan baik. Seperti yang disebutkan oleh WHO tentang sehat jiwa yang mencakup sehat emosional bahwa sehat emosional itu tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya atau pengendalian diri yang baik. Agar seseorang mempunyai kecerdasan emosi yang baik maka orang tersebut harus memahami bagaimana konsep, karakteristik, dan factor yang menyebabkan kecerdasan emosi. Dengan begitu mungkin mereka dapat mengendalikan emosi mereka dengan baik, serta kesehatan mereka pun baik.


Sumber :
    2.      Dewi, Kartika Sari. 2012. Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.
    3.   Semiun, Y. 2006). Kesehatan mental 1. Yogyakarta:Kanisius






Jumat, 27 Maret 2015

SEJARAH KESEHATAN MENTAL, PERBEDAAN KONSEP KESEHATAN MENTAL BARAT DAN TIMUR, KONSEP SEHAT

Halo teman-teman.. berjumpa lagi nih kita sekarang, walaupun sempat gak nulis di blog kemarin-kemarin hehe. Apa kabar nih kalian semua? Pada sehat atau lagi sakit? Buat yang lagi sakit cepet sembuh yaa (hihihi). Buat yang sehat, yakin nih kalian sehat? Hmm emangnya menurut kalian keadaan sehat tuh yang kayak gimana sih? Apa kita dapat dikatakan sehat hanya dari fisik saja? Hmm mau tau gak nih konsep dari sehat itu seperti apa? Oke kita bahas di materi kita kali ini. Tapi kali ini saya gak Cuma bahas tentang konsep sehat nih, saya juga akan bahas tentang sejarah kesehatan mental dan bagaimana sih perbedaan konsep kesehatan mental di Barat dengan Timur. Yukk kita baca dan pahami yah J

                1.      Sejarah Kesehatan Mental
            Kesehatan mental berkembang seiring degan adanya revolusi pemahaman masyarakat                mengenai mental yang sehat dan cara-cara penanganannya, terutama di masyarakat barat.                    Adapun tahap-tahap perkembangan gerakan kesehatan mental, yaitu:
1.      Tahap Demonology (sebelum abad pertengahan)
Kesehatan mental dikaitkan dengan kekuatan gaib, kekuatan spiritual, setan dan makhluk halus, ilmu sihir, dan sejenisnya. Gangguan mental terjadi akibat kegiatan yang menentang kakuatan gaib tersebut. Sehingga bentuk penanganannya, tidak ilmiah dan kurang manusiawi, seperti:upacara ritual, penyiksaan atau perlaukuan tertentu terhadap penderita dengan maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh penderita.

2.      Tahap Pengenalan Medis (4 abad SM- abad ke6 SM)
Mulai 4 abad SM munsul tokoh-tokoh bidang medis(Yunani): Hipocrates, Hirophilus Gelenus, Vesalinus, Paracelsus, dan Cornelius Agrippa, mulai menggunakan konsep biologis yang penanganannya lebih manusiawi. Gangguan mental disebabkan gangguan biologis atau kondisi biologis seseorang, bukan akibat roh jahat. Mendapat pertentangan keras dari aliran yang menyakini adanya roh jahat.

3.      Tahap Sakit Mental dan Revolusi Kesehatan Mental
Mulai muncul pada abad ke-17: Renaissance (revolusi Prancis), dengan tokohnya: Phillipe pinel. Mengutamakan persamaan, kebebasan, dan persaudaraan dalam penanganan pasien gangguan mental di rumah sakit secara manusiawi. Terjadi perubahan dalam: pemikiran mengenai penyebab gangguan mental dan cara penanganan dan upaya penyembuhan. Tokoh-tokoh lain yang mendukung adalah:
a.       William Tuke (abad 18), di Inggris: perlakuan moral pasien asylum
b.      Benjamin Rush (1745-1813), di Ameriks serikat: merupakan bapak kodekteran jiwa Amerika.
c.       Emil Kraplein (1855-1926), di Jerman: menyusun klasifikasi gangguan mental pertama
d.      Dorothea Dix (1802-1887), di Amerika: mengajar dan memberikan abntuan kemanusiaan kepada masyarakat miskin dan komunitas perempuan di penjara.
e.       Clifford Beers (1876-1943), di Amerika: pengusaha yang mendirikan gerakan kesehtan mental di Amerika

4.      Tahap Pengenalan Faktor Psikologis (abad ke-20)
Merupakan Revolusi Kesehatan Mental ke-2: munculnya pendekatan psikologis (psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita gangguan mental secar medis dan psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmun Freud, yang 4 kesehatan mental melakukan: penanganan hipnose, katarsis, asosiasi bebas, analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi maslah mental individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental. Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan klinis (psikoterapi).

5.      Tahap Multifaktorial
Mulai berkembang setelah perang dunia ke II. Kesehatan mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan factor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan social. Interaksi semua factor tersebut diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat. Merupakan revolusi ke-3 Gerakan Kesehatan Mental dengan tokohnya: Whittingham Beers (buku “A Mind That Found It Self”), William James, dan Adolf Mayer. Menurut pandangan ini, penanganan penderita gangguan mental, lebih baik dilakukan sejak tahap pencegahannya, yaitu:
a.       Pengembanagan perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita gangguan mental
b.      Penyebaran informasi yang mengara pada sikap inteligen dan humanis pada penderita gangguan mental
c.       Mengadakan riset terkait
d.      Mengembangkan praktik pencegahan gangguan mental. Adapun organisasi terkait yang berkembang, antara lain: Society for Improvement The Condition of The Insane (London-1842) dan Amerika Social Hygiene Association (AS-1900)

                  2.      Perbedaan Model Kesehatan Barat dan Timur
1.      Model Barat
A.    Model Biomedis (Fruend,1991)
Dipengaruhi oleh filosofi Yunani (Plato dan Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan perkembangan biologi, prnyakit dan semata-mata dihubungkan dengan tubuh saja. Semboya “Men Sana In Corpore Sano”. Memiliki 5 asumsi: (Freund,1991)
·         Terdapat perbedaan nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada satu bagian tubuh tertentu
·         Penyakita dapat dreduksi pada gangguan fungsi tubuh
·         Penyakit disebabkan oleh suatu penyebab khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi
·         Tubuh seperti sebuah mesin
·         Tubuh adalah objek yang perlu diatur dan dikontrol

B.     Model Psikiatris (Helman,1990)
Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab gangguan mental
a.       Model organic: menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak
b.      Model psikodinamik: berfokus pada factor perkembangan dan pengalaman
c.       Model behavioral: psikosis terjadi karena kemunginan kemungkinan lingkungan
d.      Model social: menekankan gangguan dalam konteks performansnya

C.    Model Psikosomatis (Tamm, 1993)
Muncul karena ketidakpuasan dengan model biomedis. Dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar (1930-an). Tidak ada penyakit fisik tanpa disebabkan oleh anteseden emosioanal dan social. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom somatic. Penyakit berkembang melalui saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.
  
2.      Model Timur
Lebih bersifat holistic (Joesoef,1990)
a.      Holistic Sempit
Organisme manusia dilihat sebagai suatu system kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung.
b.      Holistic Luas
System tersebut merupakan suatu bagian integral dari system-sistem yang lebih luas, dimana organisme individual berinteraks terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan tapi juga bisa mempengaruhi dan mengubah lingkungan.

                  3.      Konsep Sehat
Sehat dan sakit adalah dua kata yang salig berhubungan erat dan merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian seseoranng terhadap konsep sehat  misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluhan fisik dipandang sebagai orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya berada dalam status gizi lebih atau overweight. Jadi factor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat.
Kondisi sehat dan sakit pada manusia merupakan suatu kontinum, sehingga sangat sulit memberikan batasan yang jelas saat melakukan evaluasinya. Akan tetapi, mengamati fenomena tersebut, maka diyakini taraf kesehatan seseorang dapat ditingkatkan bahkan dioptimalkan. Hal inilah yang mendasari Gerakan Kesehatan Mental dewasa ini. Tidak hanya memandang bagaimana seseorang sembuh dari sakitnya, tetapi bagaimana meningkatkan taraf kesehatan seseorang menjadi lebih optimal.
Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakita atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No 23/1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan social dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara social maupun ekonomis.
World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang didalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola kehidupannya yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta beperan serta di komunitasnya. Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO ini merupakan suatu kadaan ideal, di sisibiologis, psikologis dan social sehingga seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik, yaitu:
1.      Merefleksikan perhatian pada individu sebagai manusia
2.      Memandang sehat dalam konteks lingkungan internal dan eksternal
3.      Sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif. Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO meliputi fisik, mental dan social.

Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang Kesehatan meliputi fisik (badan), mental (jiwa), social dan ekonomi. Sehat fisik yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa) mencakup:
1.      Sehat pikiran tercermin dai cara berpikir seeorang yakni mampu berpikir secara logis (masuk akal) atau berpikir runtut.
2.      Sehat Spiritual tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur, pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat dari praktek keagamaan dan kepercayaan serta perbuatan baik yang sesuai dengan norma-norma masyarakat.
3.      Sehat Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya atau pengendalan diri yang baik.
Sehat social adalah kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara baik atau mampu berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku, agama, atau kepercayaan, status social, ekonomi, politik.
Sehat dari aspek ekonomi yaitu mempunyai pekerjaan atau penghasilan secara ekonomi. Untuk anak dan remaja ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara social.
Nah, jadi sekarang teman-teman semua tau kan gimana sehata yang sebenarnya. Sehat bukan Cuma dari fisiknya aja nih, tapi juga dari mental (jiwa) dan juga lingkungan sosialnya. So, kalau kalian ngerasa jiwa kalian atau lingkungan social kalian gak nyaman, bisa jadi kalian lagi tidak sehat dalam artian yang sesungguhnyaJ  
Semoga tulisan saya kali ini bisa bermanfaat buat kalian semua yah. Dan tetap jaga kesehatan kalian semua yah teman, karna sehat itu mahal lohJ


SUMBER
1.      Dewi, Kartika Sari. 2012. Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP Press Semarang.
3.     fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt  (diunduh pada 25 Maret 2015)

nama : Dian Istiqomah 
NPM : 12413368
kelas : 2PA11

Kamis, 12 Februari 2015

Mengetahui Perbedaan Pegetahuan Antara siswa SMA dan Mahasiswa Tentang Fungsi Icon Pada Microsoft Word

Tugas Softskill

Mengetahui Perbedaan Pengetahuan Antara Siswa SMA dan Mahasiswa Tentang Fungsi Icon pada Microsoft Word
Disusun oleh :
1.     Claudya Helena              11513958
2.     Dian Istiqomah              12513368
3.     Hijria Nur Awalia          14513112
4.     Mega Setyorini Putri      15513391
5.     Picka Aprilianti Agus    16513855
Kelas : 2PA11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Di zaman sekarang yang sudah terbilang sangat modern ini pasti banyak diantara siswa dan mahasiswa yang sudah memiliki computer atau laptop pribadi. Selain untuk alat bermain game biasanya laptop atau computer digunakan oleh kalangan siswa dan mahasiswa untuk mengerjakan tugas. Microsoft Word lah salah satu aplikasi yang dapat membantu mereka untuk mengerjakan tugas.
      Microsoft Word adalah perangkat lunak pengolah kata andalan Microsoft. Pertama kali diterbitkan pada 1983 dengan nama multi-tool word untuk xenix, versi-versi lain kemudian dikembangkan untuk berbagai system operasi
Namun, dengan mereka sering menggunakan Microsoft Word untuk membantu mereka mengerjakan tugas apakah mereka hafal dengan icon dan fungsi-fungsi dari icon tersebut? Laporan inilah yang akan menjelaskan tentang bagaimana perbedaan pengetahuan antara siswa SMA dan mahasiswa terhadap fungsi dari icon-icon yang terdapat pada Microsoft Word.
1.2. Tujuan
a.       Utuk mengetahui perbedaan pengetahuan tentang fungsi-fungsi icon pada Microsoft Word di kalangan mahasiswa dan siswa SMA
1.3. Metode Penelitian
Metode yang kami gunakan adalah 100 kuisioner esay mengenai fungsi icon pada Microsoft Word yang kami sebarkan ke 50 mahasiswa dan 50 siswa SMA.


  BAB II
 KAJIAN TEORI
2.1. Pengertian dan Sejarah Microsoft Word
            Microsoft Word adalah perangkat lunak pengolah kata andalan Microsoft. Pertama kali diterbitkan pada 1983 dengan nama multi-tool word untuk xenix, versi-versi lain kemudian dikembangkan untuk berbagai system operasi, misal DOS, Apple Macintosh, SCO UNIX,OS/2, dan Microsoft windows. Setelah menjadi bagian dari Microsoft office system 2003 dan 2007 diberi nama Microsoft office word. Di office 2013 cukup dinamakan word.
            Pada sekitar tahun 1990-1995 word for windows diluncurkan.  Versi pertama dari word for window dirilis pada tahun 1989. Dengandirilisnya Microsoft Widows 3.0 pada tahun selanjutnya, penjualan pun akhirnya terdongkrak naik, mengingat word for windows 1.0 didesain untuk windows 3.0 dan performanya sangat buruk jika dijalankan pada versi sebelumya. Microsoft menunggu hingga merilis word 2.0 untuk mengukuhkan Microsoft word sebagai pemimpin pasar pengolah kata.
2.1.1. Microsoft Word 2010 dan Microsoft Word 2013
            Microsoft Word 2010 ini adalah versi yang dikeluarkan Microsoft untuk office pada windows, dengan dukungan untuk windows 8, windows 7, windows vista, Microsoft windows XP. Sedangkan Microsoft Word 2013 adalah versi terbaru yang dikeluarkan Microsoft untuk office pada windows, dengan dukungan untuk windows 8, windows 7, dan windows server 2008 R2 pada 29 Januari 2013. Perbedaan antara Ms. Word 2010 dan 2013 adalah:
·         Microsoft Word 2010
1.      Penghilangan fitur-fitur yang tidak diperlukan di Microsoft Office 2010, membuat lebih ringan
2.      Dukungan grafis 3D yang lebih baik
3.      Mendukung standarisasi format open document format (.odf)
4.      Mendukung penyuntingan gambar yang lebih kompleks
5.      Penyimpanan terhadap format .pdf dan .xps yang lebih mudah
6.      Terintegrasi dengan windows live sehingga dapat menyimpan data di cloud awan
7.      Disediakan versi 32 bit dan 64 bit
8.      Ribbon yang simple dan mudah digunakan
·         Microsoft Word 2013
1.      Antar muka mengusung tema metro. Mirip windows 8
2.      Penggeseran gambar yang lebih baik
3.      Mendukung penyuntingan file adobe reader
4.      Terintegrasi dengan skydrive sehingga dapat menyimpan data di cloud
5.      Disediakan versi 32 bit dan 64 bit
6.      Ribbon masih sama seperti office 2010. Temaya saja yang berbeda.
2.2. Pengertian Icon pada Microsoft Word
            Icon juga disebut sebagai symbol, adalah antarmuka grafik di sebuah data yang digambarkan oleh gambar kecil yang menggambarkan program computer ataupun berkas computer dalam pengelola berkassebuah system operasi. Dibuat melalui manipulasi langsung atas simbl, sering ditunjuk dengan mouse, sehingga pengguna dapat menjalankan fungsinya dengan menggerakkan mouse tersebut, melihat informasi atau mengapus berkas itu.
            Icon juga digunakan di perangkat lunak. Icon sering ditempatkan disebuah toolbaryang bias dijalankan fungsinya oleh pengguna dalam program itu dengan mengklik icon tersebut.


BAB III
HASIL
            Dari 100 kuisioner yang kami sebarkan ke jenjang SMA dan mahasiswa dapat disimpulkan bahwa mahasiswa lebih banyak yang mengenal fungis-fungsi dari icon pada Microsoft Word dibandingkan siswa-siswi SMA. Kami membuat 25 pertanyaan tentang fungsi icon pada Microsoft Word mulai dari icon yang paling sering digunakan sampai icon yang jarang digunakan oleh kalangan SMA dan mahasiswa.
            Dari hasil yang kami terima didapatkan bahwa:
·         Icon yang sering digunakan oleh mahasiswa dan anak SMA
1.      Line Spacing
2.      Underline
3.      Bullets and Numbering
4.      Orientation
5.      Size
6.      Italic
7.      Undo
8.      Save
9.      Center
10.  Bold
·         Icon yang jarang digunakan oleh mahasiswa dan anak SMA
1.      Strikethrough
2.      Grow Font
3.      Cover Page
4.      Reaseacrh
5.      Bookmark
6.      Translate
Selain icon yang sering digunakan dan jarang digunakan, terdapat pula beberapa icon yang jawabannya tidak sesuai dengan fungsi yang sebenarnya. Icon tersebut adalah:
1.      Clear Formatting
2.      Change Case
3.      Select
4.      Show/Hide 
Dan 5 icon sisanya mereka mengetahui fungsi icon tersebut tapi tidak secara detail. Jadi, icon yang memang sering digunakan oleh mereka, mereka benar-benar mengetahui fungsi dari icon tersebut yang sebenarnya. Sementara untuk icon yang jarang digunakan, mereka sebenarnya tahu tentang masing-masing fungsi icon tersebut namun mereka jarang menggunakan icon tersebut selama menggunakan Microsoft Word. 

DAFTAR PUSTAKA
Id.m.wikipedia.org/wiki/Microsoft_word
Id.m.wikipedia.org/wiki/ikon_%28komputer%29