Rabu, 15 Juni 2016

Pendekatan Humanistik

  1. Pengantar Aliran Humanistik
      1.      Definisi Humanistik
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis.
Permasalahan ini dirangkum dalam lima postulat psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
a.       Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen
b.      Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya
c.       Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain
d.      Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab
e.       Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas
Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagaian-bagian jiwa manusia, namun dalam penyimplannya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, pengembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaannya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran psikoanalisa dan behavior seperti cinta, kreativitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencin, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik.
Humanistik menjelaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusan pandangan pskoanalisa dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme. Humanistik yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat serta kreatif, dan jika orang mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya.

      2.      Konsep-Konsep Utama
Psikologi eksistensial humanistik berfokus pad kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikao yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-tekni yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial humanistik bukan suatu aliran tepai, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik. Pendekatan terapi eksisensial juga bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.
a.       Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.
b.      Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.
c.       Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.

      3.      Fungsi dan Peran Terapis
    Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keluwesan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang dgunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu fase ke fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.
Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikolog humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:
a.       Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b.      Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c.       Mengakui sifat timbal balik dari hubungan teurapetik
d.      Berorientasi pada pertumbuhan
e.       Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebaga suatu pribadi yang menyeluruh
f.       Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien
g.      Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien
h.      Mengakui kebebasan klien untuk mengungkap pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri. 

Contoh Kasus :
Vina adalah wanita berumur 40 tahun. Diusianya yang sudah mencapai kepala empat, ia sudah mempunyai 2 oang anak. Anak pertamanya adalah siswa kelas 3 SMP dan anak keduanya masih balita berumur 5 tahun. Vina sudah ditinggal oleh suaminya sejak 3 thun yang lalu karena suaminya sakit dan meninggal. Vina adalah seorang karyawan di salah satu perusahaan dan mempunyai peran penting dalam perusahaannya tersebut. Karir vina terus menaik sampai saat ini hingga ia tak punya waktu untuk keluarganya.
Diawal karirnya vina masih bisa berkumpul dan mempunyai waktu bersama dengan keluarganya. Vina masih bisa menyempatkan untuk belibur bersama keluarganya setiap weekend. Namun, ketika karirnya semakin melesat ia tidak pernah ada waktu lagi dengan keluarganya. Vina selalu berangkat pagi dan pulang bisa sampai larut malam karena menyelesaikan tugasnya. Akibatnya kedua anak vina tidak pernah mempunyai waktu lagi dengannya. Memang sejak kepergian suaminya, Vina lah yang berperan penting untuk mengurus semuanya. Anak vina yang masih berumur 5 tahun sepanjang hari selalu diurus dengan baby sitter, bahkan vina jarang mengetahui perkembangan anaknya. Sedangkan anak Vina yang SMP, karena ia merasa tidak diperhatikan oleh ibunya makanya ia berubah menjadi nakal. Anak Vina selalu bolos sekolah, tidak pernah mengerjakan tugas di sekolah, dalam sebulan selalu saja Vina di panggil ke sekolah oleh guru BK karena kelakuan anaknya. Setiap anaknya ditanya oleh guru BK nya kenapa ia melakukan ini semua, anak itu menjawab karna dia tidak pernah mendapat perhatian ibunya. Untuk apa dia menjadi baik kalau ibunya saja tidak memperhatikan kesehariannya. Makanya dia berbuat sepeti itu agar Vina memberikan perhatian kepada ibunya.
Karna Vina sudah pusing juga dengan kelakuan anaknya, akhirnya Vina memutuskan untuk pergi ke konselor untuk menceritakan semua masalah yang terjadi.

Penanganan :
Dari kasus di atas, menurut saya yang cocok untuk menangani masalah tersebut adalah dengan Client Centered Therapy. Disini konselor menjalin hubungan baik terlebih dahulu dengan klien agar klien mau terbuka dengan masalah yang sedang dihadapinya. Selama klien menceritakan masalahnya konselor berperan aktif dalam mendengarkan semua masalah yang diungkapkan oleh klien. Disini konselor tidak diperkenankan untuk menentukan pilihan untuk kliennya, konselor hanya memberi support atau dukungan terhadap apa yang sudah dipilih oleh kien. Konselor hanya memberikan pemahaman-pemahaman tentang apa yang menjadi pilihan klien dan menyangkut pautkan dengan masalah yang dihadapi. Setelah itu klien lah yang menentukan sendiri mana yang terbaik untuk dirinya. Konselee sudah bisa bertanggung jawab dan menerima konsekuensi apa yang terjadi apa bila dia memilih pilihannya tersebut. 

Source: Corey, G. (2007). Teori dan peraktek konseling & psikoterapi. Bandung: PT                                Refika Aditama 

Sabtu, 26 Maret 2016

Apakah suhu tinggi menyebabkan perilaku agresif?

Topik : Suhu tinggi
Masalah : Apakah suhu tinggi menyebabkan perilaku agresif?

Hipotesis
v  Hipotesis Ilmiah
Hipotesis Umum        : Lingkungan dengan suhu tinggi dapat menyebabkan perilaku menjadi lebih agresif
Hipotesis Eksplisit   : Subjek yang berada pada suhu lingkungan lebih tinggi akan lebih agresif daripada subjek yang berada pada lingkungan dengan suhu sedang atau rendah
v  Hipotesis Statistik
Ha       : Subjek yang berada pada suhu lingkungan lebih tinggi akan memiliki  perilaku agresif yang lebih tinggi secara signifikan daripada subjek yang berada pada suhu lingkungan sedang atau lebih rendah.
Ho       : Subjek yang berada pada suhu lingkungan lebih tinggi akan memiliki perilaku agresif yang tidak berbeda secara signifikan daripada subjek yang berada pada suhu lingkungan sedang atau lebih rendah.

Variabel
v  Variabel Bebas : Suhu Lingkungan Tinggi
-          Variasi       : Ada-Tidak ada, yaitu subjek ditempatkan pada ruangan yang memiliki AC bersuhu rendah dengan disediakan minuman dingin dan ditempatkan pada ruangan yang bersuhu tinggi atau tidak memiliki AC tanpa disediakan minuman dingin.
-          Manipulasi : Manipulasi kejadian, dengan cara kedua kelompok diberikan latihan futsal untuk membuat suhu tubuh menjadi lebih tinggi, kemudian kedua kelompok tersebut ditempatkan pada ruangan yang memiliki AC dan tidak memiliki AC.

v  Variabel Terikat : Perilaku Agresif
-          Jenis Pengukuran : Perilaku yang tampak
-          Cara pengukuran : Jawaban pasti, yaitu melalui skala Guttman akan diperoleh jawaban yang tegas, yaitu “ya-tidak”. Pernyataan dalam instrumen berupa pernyataan positif dan pernyataan negatif. Untuk setiap pernyataan positif diberi skor 1 untuk yang menjawab “ya” dan 0 untuk yang menjawab “tidak”. Sedangkan setiap pernyataan negatif diberikan skor 0 untuk yang menjawab “ya” dan skor 1 untuk yang menjawa “tidak”.

v  Variabel Sekunder :
·         Jenis kelamin (dikontrol dengan teknik blocking, yaitu jumlah laki-laki pada setiap      kelompok sama banyak)
·         Tingkat pendidikan (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memilih subjek dengan    tingkat pendidikan yang sama).
·         Usia (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memilih subjek dengan usia yang          sama)
·         Status sosial ekonomi (dikontrol dengan teknik randomisasi, yaitu secara acak              memasukkan subjek kedalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen)
·         Jenis olahraga (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu olahraga yang diikuti oleh       seluruh subjek adalah olahraga futsal)
·         Waktu olahraga (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu lamanya waktu bermain         futsal sama bagi semua subjek sekitar 40-60 menit).
·         Kegiatan relaksasi lain (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu semua subjek tidak      diperbolehkan mengikuti kegiatan relaksasi lain selama penelitian)

Tipe dan Desain Penelitian

v  Tipe Penelitian           : Controlled Laboratory Experiment
v  Desain Penelitian       : Desain 2 kelompok (desain antar-kelompok)

Perencanaan Penelitian

v  Subjek                        : Siswa SMA yang duduk dikelas X yang berjenis kelamin laki -laki. Jumlah subjek yang dibutuhkan sebanyak 20 orang dengan jumlah disetiap kelompok nya sebanyak 10 orang.

v  Peralatan        : Peralatan futsal, pendingin ruangan, minuman dingin.

v  Prosedur
·         20 subjek diperoleh dari hasil pengundian dari seluruh siswa laki-laki kelas X suatu      SMA.
·         Kemudian dilakukan pengundian kembali untuk memasukkan subjek tersebut kedalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen, sehingga kedua kelompok tersebut terdiri dari jumlah yang sama.
·         Kedua kelompok subjek tersebut kemudian diminta untuk melakukan olahraga futsal    selama 40-60menit.
·         Setelah itu, kedua kelompok subjek ditempatkan pada ruangan yang sudah disiapkan.   Pada kelompok eksperimen, ruangan yang disiapkan tidak memiliki pendingin   ruangan dengan suhu lingkungan tinggi dan tidak diberikan minuman dingin.
·         Pada kelompok kontrol ruangan yang disiapkan memiliki pendingin ruangan dengan    suhu sedang atau rendah dan diberikn minuman dingin.
·         Setelah diberikan waktu selama 3-5menit untuk beristirahat, semua subjek diberikan    kuisioner untuk melihat perilaku agresi yang muncul pada kelompok eksperimen.