Halo teman-teman.. berjumpa lagi nih kita sekarang,
walaupun sempat gak nulis di blog kemarin-kemarin hehe. Apa kabar nih kalian
semua? Pada sehat atau lagi sakit? Buat yang lagi sakit cepet sembuh yaa
(hihihi). Buat yang sehat, yakin nih kalian sehat? Hmm emangnya menurut kalian
keadaan sehat tuh yang kayak gimana sih? Apa kita dapat dikatakan sehat hanya
dari fisik saja? Hmm mau tau gak nih konsep dari sehat itu seperti apa? Oke kita
bahas di materi kita kali ini. Tapi kali ini saya gak Cuma bahas tentang konsep
sehat nih, saya juga akan bahas tentang sejarah kesehatan mental dan bagaimana
sih perbedaan konsep kesehatan mental di Barat dengan Timur. Yukk kita baca dan
pahami yah J
1.
Sejarah
Kesehatan Mental
Kesehatan mental berkembang seiring degan adanya
revolusi pemahaman masyarakat mengenai mental yang sehat dan cara-cara
penanganannya, terutama di masyarakat barat. Adapun tahap-tahap perkembangan
gerakan kesehatan mental, yaitu:
1.
Tahap
Demonology (sebelum abad pertengahan)
Kesehatan
mental dikaitkan dengan kekuatan gaib, kekuatan spiritual, setan dan makhluk
halus, ilmu sihir, dan sejenisnya. Gangguan mental terjadi akibat kegiatan yang
menentang kakuatan gaib tersebut. Sehingga bentuk penanganannya, tidak ilmiah
dan kurang manusiawi, seperti:upacara ritual, penyiksaan atau perlaukuan
tertentu terhadap penderita dengan maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh
penderita.
2.
Tahap
Pengenalan Medis (4 abad SM- abad ke6 SM)
Mulai
4 abad SM munsul tokoh-tokoh bidang medis(Yunani): Hipocrates, Hirophilus
Gelenus, Vesalinus, Paracelsus, dan Cornelius Agrippa, mulai menggunakan konsep
biologis yang penanganannya lebih manusiawi. Gangguan mental disebabkan
gangguan biologis atau kondisi biologis seseorang, bukan akibat roh jahat.
Mendapat pertentangan keras dari aliran yang menyakini adanya roh jahat.
3.
Tahap
Sakit Mental dan Revolusi Kesehatan Mental
Mulai
muncul pada abad ke-17: Renaissance (revolusi Prancis), dengan tokohnya:
Phillipe pinel. Mengutamakan persamaan, kebebasan, dan persaudaraan dalam
penanganan pasien gangguan mental di rumah sakit secara manusiawi. Terjadi
perubahan dalam: pemikiran mengenai penyebab gangguan mental dan cara
penanganan dan upaya penyembuhan. Tokoh-tokoh lain yang mendukung adalah:
a. William
Tuke (abad 18), di Inggris: perlakuan moral pasien asylum
b. Benjamin
Rush (1745-1813), di Ameriks serikat: merupakan bapak kodekteran jiwa Amerika.
c. Emil
Kraplein (1855-1926), di Jerman: menyusun klasifikasi gangguan mental pertama
d. Dorothea
Dix (1802-1887), di Amerika: mengajar dan memberikan abntuan kemanusiaan kepada
masyarakat miskin dan komunitas perempuan di penjara.
e. Clifford
Beers (1876-1943), di Amerika: pengusaha yang mendirikan gerakan kesehtan
mental di Amerika
4.
Tahap
Pengenalan Faktor Psikologis (abad ke-20)
Merupakan
Revolusi Kesehatan Mental ke-2: munculnya pendekatan psikologis (psikoanalisa)
yang mempelopori penanganan penderita gangguan mental secar medis dan
psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmun Freud, yang 4 kesehatan mental
melakukan: penanganan hipnose, katarsis, asosiasi bebas, analisis mimpi.
Tujuannya adalah mengatasi maslah mental individu dengan menggali konflik
intrapsikis penderita gangguan mental. Intervensi tersebut dikenal dengan
istilah penanganan klinis (psikoterapi).
5.
Tahap
Multifaktorial
Mulai
berkembang setelah perang dunia ke II. Kesehatan mental dipandang tidak hanya
dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan factor interpersonal,
keluarga, masyarakat, dan hubungan social. Interaksi semua factor tersebut
diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat. Merupakan
revolusi ke-3 Gerakan Kesehatan Mental dengan tokohnya: Whittingham Beers (buku
“A Mind That Found It Self”), William James, dan Adolf Mayer. Menurut pandangan
ini, penanganan penderita gangguan mental, lebih baik dilakukan sejak tahap
pencegahannya, yaitu:
a. Pengembanagan
perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita gangguan mental
b. Penyebaran
informasi yang mengara pada sikap inteligen dan humanis pada penderita gangguan
mental
c. Mengadakan
riset terkait
d. Mengembangkan
praktik pencegahan gangguan mental. Adapun organisasi terkait yang berkembang,
antara lain: Society for Improvement The Condition of The Insane (London-1842)
dan Amerika Social Hygiene Association (AS-1900)
2.
Perbedaan
Model Kesehatan Barat dan Timur
1.
Model
Barat
A.
Model
Biomedis (Fruend,1991)
Dipengaruhi
oleh filosofi Yunani (Plato dan Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan
jiwa. Ditambah dengan perkembangan biologi, prnyakit dan semata-mata
dihubungkan dengan tubuh saja. Semboya “Men
Sana In Corpore Sano”. Memiliki 5 asumsi: (Freund,1991)
·
Terdapat perbedaan nyata antara tubuh
dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada satu bagian tubuh tertentu
·
Penyakita dapat dreduksi pada gangguan
fungsi tubuh
·
Penyakit disebabkan oleh suatu penyebab
khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi
·
Tubuh seperti sebuah mesin
·
Tubuh adalah objek yang perlu diatur dan
dikontrol
B.
Model
Psikiatris (Helman,1990)
Penggunaan
berbagai model untuk menjelaskan penyebab gangguan mental
a. Model
organic: menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak
b. Model
psikodinamik: berfokus pada factor perkembangan dan pengalaman
c. Model
behavioral: psikosis terjadi karena kemunginan kemungkinan lingkungan
d. Model
social: menekankan gangguan dalam konteks performansnya
C.
Model Psikosomatis (Tamm, 1993)
Muncul karena ketidakpuasan dengan model biomedis.
Dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar (1930-an). Tidak ada penyakit fisik tanpa
disebabkan oleh anteseden emosioanal dan social. Sebaliknya tidak ada penyakit
psikis yang tidak disertai oleh simtom somatic. Penyakit berkembang melalui
saling terkait secara berkesinambungan antara factor fisik dan mental yang
saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.
2.
Model
Timur
Lebih
bersifat holistic (Joesoef,1990)
a.
Holistic
Sempit
Organisme
manusia dilihat sebagai suatu system kehidupan yang semua komponennya saling
terkait dan saling tergantung.
b.
Holistic
Luas
System
tersebut merupakan suatu bagian integral dari system-sistem yang lebih luas,
dimana organisme individual berinteraks terus menerus dengan lingkungan fisik
dan sosialnya yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan tapi juga bisa
mempengaruhi dan mengubah lingkungan.
3. Konsep Sehat
Sehat dan sakit adalah dua kata yang salig
berhubungan erat dan merupakan bahasa kita sehari-hari. Dalam sejarah kehidupan
manusia istilah sehat dan sakit dikenal di semua kebudayaan. Sehat dan sakit
adalah suatu kondisi yang seringkali sulit untuk kita artikan meskipun keadaan
ini adalah suatu kondisi yang dapat kita rasakan dan kita amati dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini kemudian akan mempengaruhi pemahaman dan pengertian
seseoranng terhadap konsep sehat
misalnya, orang tidak memiliki keluhan-keluhan fisik dipandang sebagai
orang yang sehat. Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa anak yang gemuk
adalah anak yang sehat meskipun jika mengacu pada standard gizi kondisinya
berada dalam status gizi lebih atau overweight.
Jadi factor subyektifitas dan kultural juga mempengaruhi pemahaman dan
pengertian mengenai konsep sehat yang berlaku dalam masyarakat.
Kondisi sehat dan sakit pada manusia merupakan suatu
kontinum, sehingga sangat sulit memberikan batasan yang jelas saat melakukan
evaluasinya. Akan tetapi, mengamati fenomena tersebut, maka diyakini taraf
kesehatan seseorang dapat ditingkatkan bahkan dioptimalkan. Hal inilah yang
mendasari Gerakan Kesehatan Mental dewasa ini. Tidak hanya memandang bagaimana
seseorang sembuh dari sakitnya, tetapi bagaimana meningkatkan taraf kesehatan
seseorang menjadi lebih optimal.
Sehat (Health) secara umum dapat
dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara
fisik, mental, maupun social, tidak hanya terbebas dari penyakita atau keadaan
lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No 23/1992 menyatakan
bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan social dimana
memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara social maupun
ekonomis.
World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan
bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari
individu, yang didalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola
kehidupannya yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta
beperan serta di komunitasnya. Pengertian sehat yang dikemukakan oleh WHO ini
merupakan suatu kadaan ideal, di sisibiologis, psikologis dan social sehingga
seseorang dapat melakukan aktifitas secara optimal. Definisi sehat yang
dikemukakan oleh WHO mengandung 3 karakteristik, yaitu:
1.
Merefleksikan perhatian pada individu
sebagai manusia
2.
Memandang sehat dalam konteks lingkungan
internal dan eksternal
3.
Sehat diartikan sebagai hidup yang
kreatif dan produktif. Sehat bukan merupakan suatu kondisi tetapi merupakan
penyesuaian, dan bukan merupakan suatu keadaan tetapi merupakan proses dan yang
dimaksud dengan proses disini adalah adaptasi individu yang tidak hanya
terhadap fisik mereka tetapi terhadap lingkungan sosialnya.
Jadi dapat dikatakan bahwa batasan sehat menurut WHO
meliputi fisik, mental dan social.
Sedangkan batasan sehat menurut Undang-undang
Kesehatan meliputi fisik (badan), mental (jiwa), social dan ekonomi. Sehat fisik
yang dimaksud disini adalah tidak merasa sakit dan memang secara klinis tidak
sakit, semua organ tubuh normal dan berfungsi normal dan tidak ada gangguan
fungsi tubuh. Sehat mental (jiwa) mencakup:
1. Sehat
pikiran tercermin dai cara berpikir seeorang yakni mampu berpikir secara logis
(masuk akal) atau berpikir runtut.
2. Sehat
Spiritual tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa syukur,
pujian, atau penyembahan terhadap pencinta alam dan seisinya yang dapat dilihat
dari praktek keagamaan dan kepercayaan serta perbuatan baik yang sesuai dengan
norma-norma masyarakat.
3. Sehat
Emosional tercermin dari kemampuan seseorang untuk mengekspresikan emosinya
atau pengendalan diri yang baik.
Sehat social adalah
kemampuan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain secara baik atau mampu
berinteraksi dengan orang atau kelompok lain tanpa membeda-bedakan ras, suku,
agama, atau kepercayaan, status social, ekonomi, politik.
Sehat dari aspek ekonomi yaitu
mempunyai pekerjaan atau penghasilan secara ekonomi. Untuk anak dan remaja
ataupun bagi yang sudah tidak bekerja maka sehat dari aspek ekonomi adalah
bagaimana kemampuan seseorang untuk berlaku produktif secara social.
Nah, jadi sekarang teman-teman semua tau kan gimana
sehata yang sebenarnya. Sehat bukan Cuma dari fisiknya aja nih, tapi juga dari
mental (jiwa) dan juga lingkungan sosialnya. So, kalau kalian ngerasa jiwa
kalian atau lingkungan social kalian gak nyaman, bisa jadi kalian lagi tidak
sehat dalam artian yang sesungguhnyaJ
Semoga tulisan saya kali ini bisa bermanfaat buat
kalian semua yah. Dan tetap jaga kesehatan kalian semua yah teman, karna sehat
itu mahal lohJ
SUMBER
1. Dewi, Kartika Sari. 2012. Kesehatan Mental. Semarang: UPT UNDIP
Press Semarang.
2. http://www.uin-alauddin.ac.id/artikel-79-konsep-sehat-dan-sakit.html
(diunduh pada 27 Maret 2015)
3. fakhrurrozi.staff.gunadarma. ac.id/Downloads/files/24029/ KesMen.ppt
(diunduh pada 25 Maret 2015)
nama : Dian Istiqomah
NPM : 12413368
kelas : 2PA11
nama : Dian Istiqomah
NPM : 12413368
kelas : 2PA11